Puntodewo(Kesempurnaan)
Seorang Public Figure (Uswatun Hasanah) yang bernama Prabu Puntodewo. Ia seorang tokoh religius, sekaligus menjadi figur central di kerajaan Astina. Tutur katanya sangat santun dan lembut, wajahnya selalu merunduk manakala berjalan.
Ia senantiasa memberi makan orang yang lapar, memberi minum orang yang haus, memberi busana kepada orang telanjang, memberi payung pada orang yang kepanasan dan kehujanan.
Begitu sempurna sifat yang dimiliki oleh ‘’Puntodewo”, sehingga sang dalang sering menyebut dengan istilah ”Kun Ta Da’iyan” yang artinya jadilah kalian orang yang selalu mengajak kepada kebaikan (dakwah). Pekerjaanya selalu mengajak kepada kebaikan, dan mencegah kemunkaran. Ia juga menjadi sosok pemimpin yang patut diteladani oleh masyarakat, sekaligus menjadi contoh bagi adik-adiknya yang terhimpun dalam ‘’Pendowo Lima”.
Perilaku tersebut perilaku yang sempurna (mungkin hanya nabi), kita hanya dapat berusaha mendekati kesempurnaan yang hanya dapat dibentuk dengan perbaikan secara terus menerus.
WREKUDARA/ARYA SENA/BIMA (Integritas)
Sena sebagai murid guru Durno diberikan ajaran: bahwa dalam mencapai kesempurnaan demi kesucian badan ,maka diharuskan mengikuti perintah sang Guru.
Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci Prawitasari. Tempat air yang dicari, sebenarnya ada di tengah samudera.
Ketika sedang asyik berbincang-bincang, datanglah Sena, yang membuat para Pandawa termasuk Pancawala, Sumbadra, Retna Drupadi dan Srikandi, dan lain-lainnya, senang dan akan mengadakan pesta. Namun tidak disangka, karena Sena ternyata melaporkan bahwa ia akan meneruskan pencarian air suci itu, yaitu ke tengah samudera. Nasehat dan tangisan, termasuk tangisan semua sentana laki-laki dan perempuan, tidak membuatnya mundur.
Sena berangkat pergi, tanpa rasa takut keluar masuk hutan, naik turun gunung, yang akhirnya tiba di tepi laut. Sang ombak bergulung-gulung menggempur batu karang bagaikan menyambut dan tampak kasihan kepada yang baru datang, bahwa ia di tipu agar masuk ke dalam samudera, topan datang juga riuh menggelegar, seakan mengatakan bahwa Druna memberi petunjuk sesat dan tidak benar.
Bagi Sena, lebih baik mati dari pada pulang menentang sang Maharesi.
Demikian integritas yang tertanam untuk selalu mematuhi ketentuan yang ada serta kode etik yang telah ditetapkan.
ARJUNA (PROFESIONAL)
Beberapa orang mengatakan betapa Arjuna adalah sosok tampan yang juga merupakan ksatria sejati, penguasa ilmu panah satu-satunya pada masanya.
Percakapan Arjuna dengan Kakeknya
“Bagaimana dengan teknik memanahku, Eyang, apakah caraku memanah telah memuaskan Eyang?” tanya bocah belasan tahun kepada pria tua dihadapannya.
”Bagus sekali, Arjuna. Cukuplah engkau belajar dariku. Kemahiranmu telah sama dengan kemampuanku. Namun begitu engkau akan kuminta berguru pada seseorang yang lebih ahli dalam memanah, ia akan menitiskan pusaka Gandewa kepadamu”
Si bocah tersenyum puas. Ia lalu mengantar Arjuna kepada Durna yang diyakini bisa menjadikan cucunya itu sebagai ksatria terbaik.
Semangat belajar Arjuna menjadikan dia professional, menjadi penguasa ilmu panah satu-satunya pada masanya yang telah teruji dalam berbagai peperangan khususnya di Kuruseta.
Nakula dan Sadewa (Pelayanan dan Sinergi)
Pelayanan dan sinergi bagaikan Nakula dan Sadewa merupakan saudara kembar dan tidak pernah saling konfrontasi akan tetapi saling mengisi satu sama lain.
Pelayanan tanpa sinergi dengan yang dilayani, palayanan tersebut sulit memuaskan fihak yang dilayani bahkan sia-sia apa yang telah dilakukan dalam pelayanan tersebut karena tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Sinergi tanpa pelayanan akan menimbulkan ego masing-masing unit karena masing-masing ingin dilayani, hal ini akan diperparah kalau ada keinginan konfrontasi diantara fihak-fihak yang bersinergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar