Kamis, 29 November 2012

1 Dollar 11 Sen

Sally baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi. Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal yang sekarang bisa menyelamatkan jiwa Georgi... tetapi mereka tidak punya biaya untuk itu.
Sally mendengar ayahnya berbisik, "Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang"
Sally pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan dari tempat persembunyiannya. Lalu dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke lantai dan menghitung secara cermat .... tiga kali. Nilainya harus benar-benar tepat.
Dengan membawa uang tersebut, Sally menyelinap keluar dan pergi ke toko obat di sudut jalan. Ia menunggu dengan sabar sampai apoteker memberi perhatian .... tetapi dia selalu sibuk dengan orang lain untuk diganggu oleh anak berusia delapan tahun. Sally berusaha menarik perhatian dengan mengoyang-goyangkan kakinya, tetapi gagal.
Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase.  Berhasil !
"Apa yang kamu perlukan?" tanya apoteker tersebut dengan suara masah. "Saya sedang berbicara dengan saudara saya."
"Tapi, saya ingin berbicara kepadamu mengenai adik saya" Sally menjawab dengan nada yang sama. "Dia sakit.. dan saya ingin membeli keajaiban."
"Apa yang kamu katakan ?," tanya sang apoteker.
"ayah saya mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya sekarang...jadi berapa harga keajaiban itu?"
"Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu."
"Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya. Katakan saja berapa harganya."
Seorang pria berpakaian rapi berhenti dan bertanya, "keajaiban jenais apa yang dibutuhkan oleh adikmnu?"
"Saya tidak tahu, " Jawab Sally. Air mata mulai menetes dipipinya. "Saya hanya tahu dia sakit parah dan mama mengatakan bahwa ia membutuhkan operasi. Tapi kedua orang tua saya tidak mampu membayarnya... tapi saya juga mempunyai uang."
"Berapa uang yang kamu punya?" tanya pria itu lagi.
"Satu dollar dan sebelas sen," jawab Sally dengan bangga. "dan itulah seluruh uang yang saya miliki di dunia ini."
"Wah, kebetulan sekali," kata pria itu sambil tersenyum,"Satu dollar dan sebelas sen ... harga yang tepat untuk membeli keajaiban yang dapat menolong adikmu." Dia mengambil uang tersebut dan kemudian memegang tangan Sally sambil berkata,"Bawalah saya kepada adikmu. Saya ingin bertemu denganya dan juga orang tuamu."
Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal... Operasi dilakukan tanpa biaya dan membutuhkan waktu yang tidak lama. Sebelum Georgi dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat... Kedua orang tuanya sangat bahagia mendapatkan keajaiban tersebut. "Operasi itu" bisik ibunya," adalah seperti keajaiban. Saya tidak dapat membayangkan berapa harganya".
Sally tersenyum. Dia tahu secara pasti berapa harga keajaiban tersebut... satu dollar dan sebelas sen... ditambah dengan keyakinan.

Jaga Kesehatan dengan Menjilat Garam Dapur Sebelum dan Sesudah Makan

Judul di atas bukan lelucon, atau sekedar untuk menarik perhatian agar pembaca membaca tulisan ini. Ia merupakan anjuran, tepatnya semacam tip untuk menjaga kesehatan. Dengan menjilat garam? Ya, hanya dengan menjilat garam sebelum dan sesudah makan. Apa iya??? ….Jangan bercanda!, masak garam yang berharga murah dan biasa kita temui sehari-hari berceceran di rak dapur setiap rumah tangga di negeri ini bisa memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan!. Bukan hanya menjaga kesehatan, tapi juga untuk mengobati beragam penyakit dan juga berfungsi sebagai penawar racun.
Oh yaa! Siapa yang mengucapkannya?. Apa sudah ada uji klinis?, atau bukti ilmiah?, atau setidak-tidaknya pengalaman empiris yang bisa mendukung pernyataan di atas?.
Jilatlah garam (dapur) sebelum dan sesudah makan!”. Demikian anjuran Imam Ali bin Abi Thalib as, seorang sahabat tercinta Rasulullah Muhammad saw. “Andai orang-orang tahu manfaat garam, niscaya mereka akan lebih memilihnya ketimbang penawar racun. Sesiapa menjilat garam sebelum makan, maka Allah akan melindunginya dari tujuh puluh jenis penyakit yang hanya diketahui Allah”. Lanjut Imam Ali as, menjelaskan tentang manfaat garam bagi kesehatan manusia sebagai penawar racun (anti toksin) sekaligus sebagai obat dewa (meminjam istilah pengobatan Cina untuk menyebutkan obat yang mempunyai banyak manfaat bagi tubuh manusia.
Atsar (ucapan) Imam Ali as tersebut saya temukan diantara tumpukan hadits dan atsar yang bertebaran di buku “Mutiara Tersembunyi Warisan Nabi” yang merupakan terjemahan dari buku ‘al-atsar al-Wadh’iyyah fi al-Kitab wa al-Sunnah’ karya Syekh Abdurrasul Al ‘Unuz.
Atsar tersebut menjelaskan dua hal. Pertama menjelaskan manfaat garam dapur bagi kesehatan manusia, sebagai penawar racun dan obat bagi 70 (banyak) penyakit. Dan kedua tip bagaimana cara mengkonsumsi garam dapur agar bermanfaat bagi kesehatan manusia, yaitu dengan menjilatnya secara rutin sebelum dan sesudah makan.
.Beberapa manfaat garam bagi kesehatan tubuh adalah:
  • Tekanan Darah. Mengatur volume dan tekanan darah termasuk kelenturan pembuluh darah. Konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Sistem Saraf. Mempengaruhi Sistem Saraf. Sodium dan chloride ions berperan penting dalam menyalakan neuron-neuron dalam system saraf. Perubahan dalam konsentrasi sodium dan chloride ions menimbulkan sebuah gerak potential untuk menyalakan, memungkinkan neuron mengirim signal ke sel-sel lain yang berhubungan dengannya. Hasil pengiriman signal yang tepat ke seluruh tubuh diperlukan untuk mendapatkan seluruh reaksi fisiologis termasuk gerakan mekanis otot-otot. Perubahan konsumsi garam berdampak minimal pada system saraf. Hanya pada tingkat defisiensi sodium yang ekstrim akan memberikan reaksi peringatan pada system saraf.
  • Metabolisme (Sistem Pencernaan). Hampir semua garam yang terkandung dalam makanan atau minuman dengan cepat diserap dari Usus Kecil dan dengan cepat pula sampai ke system peredaran darah dan ruang jaringan antar sel (the extracellular space of tissues). Selama pertumbuhan yang cepat, sejumlah besar sodium diserap system kerangka dan jaringan-jaringan lain. Setelah dewasa, pada orang yang sehat, seluruh garam yang diperoleh, tanpa menghiraukan kuantitas, dikompensasi dengan pengeluaran harian dari kuantitas yang sama melalui saluran-saluran pengeluaran normal tubuh kita. Sebenarnya, Ginjal kita mampu menyaring sejumlah sodium yang luar biasa besarnya dalam sehari (sehari sama dengan 6 pound garam).
  • Peran Hormon dalam Pengaturan Sodium. Hormon Steroid disekresikan oleh adrenal cortex yang mengatur keseimbangan air dan electrolytes dalam tubuh. Aldosterone yang bekerja pada distal tubule dan menghimpun saluran-saluran Ginjal, berfungsi meningkatkan daya serap (permeability) dari selaput-selaput bagian dalam terhadap sodium dan potassium dan bertangggung jawab atas penyerapan kembali sodium (Na+) ions dan air dari urine kembali lagi ke darah, sambil mengeluarkan potassium (K+) ions ke dalam urine. Aldosterone bertanggung jawab atas penyerapan kembali secara sebenarnya seluruh sodium yang terkandung dalam darah manusia di bawah fungsi filtrasi ginjal yang normal. Aldosterone juga berfungsi sebagai receptors khusus di otak untuk memelihara air dan garam dengan mengontrol renal tubular resorption.
Para Ahli menduga bahwa tingkat asupan garam berhubungan dengan kesehatan organ yang lain di samping kesehatan cardiovascular. Beberapa yang telah dibuktikan adalah: hyponatremia, diabetes. kanker, asma, osteoporosis dan obesitas.

Rabu, 28 November 2012

Bagian Penting Tubuhmu

Ibuku selalu bertanya padaku, apakah bagaian tubuh yang paling penting. Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita manusia, jadi aku jawab "Telinga, Bu", ternyata itu bukan jawabannya.
"Bukan itu, Nak. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakan lagi nanti".
Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku  yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya. "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita."
Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang buta."
Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun, Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi kamu semakin padai dari tahun ke tahun, anaku".
Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.
Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?"
Aku terkejut ketika ibu betanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan atara Ibu dan aku.
Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar  "hidup". Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahukan padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tetapi hari ini adalah hari dimana kamu harus dapat pelajaran yang sangat penting."
Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air. Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu."
Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?"
Ibu membalas,"Bukan, tetapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu cukup kasih sayang dan teman-teman  agar kamu selalu  punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkan."
Akhirnya, aku tahu, bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri. Tapi, simpati terhadap pederitaan yang dialami orang lain. Orang akan melupakan apa yang kamu katakan. Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan. Tetapi, orang tidak akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.

Kearifan Emas

Seorang pemuda mendatangi Guru dan bertanya, "Guru, saya tidak mengerti mengapa orang seperti anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk tujuan lain.
Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambilah cincin ini dan bawalah kepasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"
Melihat cicin sang Guru yang kotor, pemuda tadi merasa ragu,"Satu keping Emas? saya tidak yakin cicin ini bisa dijual seharga itu."
"Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."
Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cicin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata tidak seorangpun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya dengan harga satu keping perak.Iapun kembali kepedepokan Guru dan melapor."Guru, tidak seorangpun berani menawar lebih dari satu keping perak."
Guru, sambil tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas  di seberang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas disana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."
Pemuda itupun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Guru dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor,"Guru ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas.
Rupanya nilai cicin ini serubu kali lebih tinggi dari pada yang ditawar oleh para pedagang di pasar.
Guru tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seorang tidak bisa dinilai hanya dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging dipasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas"
Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika mampu melihat ke dalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses, wahai sobat mudaku. kita tidak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengan dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata tembaga dan yang kita lihat sebagai tembaga ternyata emas.
Oleh karena itu sobat ingat petuah para lelulur kita, "Ajining jiwo gumantung ono ing saliro, ajining diri gumantung ono ing lati."
Kalau sekilas kita menilai seseorang dari pakaianya, mobilnya, rumahnya dan lain-lian yang sifatnya fisik. Tetapi apa bila kita menilai orang dari kedalaman ilmunya dan akhlaknya hanya bisa lihat dari pembicaraanya dan perbuatannya sehari-hari bukan dari penampilan.
Ingatlah pesan Rosulullah, "Hiduplah dalam kesederhanaan baik dalam keadaan lapang maupun sempit" dan semua manusia sama dihadapan Allah, yang membedakan amal dan perbuatannya.

I Z I N

Manusia itu makhluk paling unik. Selain itu, logikanya sering kacau, sehingga sering menarik kesimpulan sendiri: "Tuhan tidak adil,tidak memihak yang lemah dan teraniaya." Ia memandang adil atau baik dari kacamata sendiri, bukan sesuai dengan kehendak Illahi.
Ketidak adilan itu pula yang di soal seorang ibu, kala dua bayinya yang lucu meninggal. "Kenapa bukan orang lain," katanya menggugat Tuhan. Ia tak rela. Itulah buah kegamangan iman jika cinta pada sesama melebihi kepada Allah.
Berbeda dengan sikap Barakah 'Abidah di Arabia. Ia sukses. "Namun, aku masih saja khawatir kalau-kalau penghasilanku sama sekali tidak berarti dihadapan Allah. Karena itu, akupun sedih seraya berfikir, sekiranya Allah memang benar-benar menginginkan kekayaanku, Dia pasti bakal membinasakan hara dan anak-anaku," katanya.
Benar saja. Akhirnya, baik anak-anaknya maupun hartanya tidak tersisa "Namun, semuanya toh malah membuatku bahagia. Aku curiga, jangan-jangan Allah menginginkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagiku melalui berbagai macam ujian ini. Dan inilah caranya-Nya mengingatkan diriku serta menjadikan jiwaku suci,"ujuarnya.
Menyucikan harga juga dilakukan seorang nonmuslim asal Sumatera. Ia senang membelikan peti mati kepada keluarga yang tidak mampu. Tiap minggu, dua atau tiga peti mati pasti disumbangkan. "Saya merasa nikmat sekali setelah membantu mereka," katanya.
Namum, kenikmatan itu ada yang mengganjal. Soalnya, uang untuk membeli peti mati itu bukan jerih payah sendiri, melainkan hasil keringat suaminya. "Saya ingin bisnis sendiri agar bisa membelikan peti mati untuk orang-orang tidak mampu." ujarnya.
Rasanya, jika pemberian itu seizin suami, makna dan barokahnya tetap sama, tanpa ada ganjalannya. Kisah ini persis dengan kisah Narada di pewayangan. Dia putra pembantu. Dia tidak terdidik. Kadang, jika ibunya berhalangan, dia pula yang melayani para resi.
Dalam kisah tersebut diuraikan bahwa Narada, yang mencuci piring bekas makan para penyembah mulia itu, ingin mencicipi sisa-sisa makanan. Iapun minta ijin kepada para resi. "Boleh saya makan makanan sisa ini," kata narada penuh harap. Diizinkan.
Rupanya, izin itulah yang membebaskannya dari segara reaksi dosa. Rupanya, sisa makanan resi itu pula yang berangsur-angsur membuat hati Narada sesuci mereka. Bahkan, melalui pergaulan itu minat hatinya untuk memuji kebesaran Tuhan berkembang pesat.
Cerita mengenai izin juga mengingatkan seorang budak cantik bernama Tuhfah di abad IX. Ia tidak mengenal tidur maupun makan. Kala kondisinya makin gawat, majikannya mengirim dia ke rumah sakit jiwa. Kendati ia berpakaian mewah dan wangi, kedua kakinya dirantai. Ia sering melantunkan bait-bait syair cinta.
Wahai, aku tidak gila tapi hanya mabuk!
Kalbuku sadar betul dan amat bening.
Satu-satunya dosa dan kesalahanku ialah dengan tidak tahu malu menjadi kekasih-Nya....
Setelah itu, Tuhfah pingsan. Begitu siuman, ia ditanya siapa yang engkau cintai?
"Aku mencintai Zat yang membuatku sadar akan anugerah, yang berbagai macam karunia-Nya menyebabkanku dikenai kewajiban, yang dekat dengan segenap kalbu, yang mengabulkan orang-orang yang membutuhkan," ujarnya.
Syaikh Al-Saqati yang mendengar syair itu tergetar. Ia menyimpulkan Tuhfah tidak gila, dan memintanya pergi ke mana saja. Tapi, gadis itu menjawab: "Aku hanya akan pergi jika majikanku mengizinkan. Kalau tidak, aku akan tetap disini." "Demi Allah," kata Al-Saqati dalam hati, "ia lebih bijak ketimbang diriku."
Tanapa disangka-sangka, majikan Tuhfah datang. Ternyata wanita yang mahir menyanyi dan bermain harpa itu dibelinya 22.000 dirham. "Semua kekayaan dan modalku habis," katanya. Ia berharap untung. Ternyata justru sering termenung, menangis, dan membuat orang lain tidak bisa tidur.
Itulah sebabnya, dia dijebloskan ke rumah sakit jiwa. Jika begitu, "Berapapun harga yang kau minta, akan kubayar," kata Al-Saqati kepada majikan Tuhfah. Tawaran itu dicemoohka. Memang, Al-Saqati tak punya uang sedirhampun saat itu. Semabari berlinang air mata, ia pulang kerumah.
Malam itu pula, pintu rumah Al-Saqati diketuk orang. Orang itu, yang menyebut dirinya Ahmad Musni, ia membawa lima pundi uang. Ia datang atas bisikan "suara gaib" agar Al-Saqati bisa membebaskan Tuhfah. Kontan, Al-Saqati bersyukur mencium tanah. Esoknya, ia gamit tangan tamunya menuju ramah sakit.
Tak urung, penebusan itu membuat mata Tuhfah berlinang. Disaat itu pula majikan Tuhfah datang sebari menatap dan menangis. Aneh! Janganlah menangis, "Harga yang kau minta telah kubawakan dengan keuntungan 5.000 dinar," kata Al-Saqati.
"Demi Allah, tidak," kata majikan Tuhfah. Al-Saqati menambah keuntungan 10.000 dinar. Lagi-lagi dijawab, "Tidak, Tuan." "Sekiranya Anda memberiku seluruh dunia ini untuk membelinya, aku tidak akan menerimanya," ia menambahkan. Ia ingin membebaskan Tuhfah tanpa penebusan. Budak itupun pergi dengan linangan air mata.
Waktupun berlalu. Al-Saqati, majikan Tuhfah dan Ahmad Musni menunaikan haji. Tapi diperjalanan Ahmad Musni wafat. Kala tawaf mengelilingi Ka'bah, Al-Saqati mendengar ratapan aneh nan pilu, jerit kesedihan dari hati yang terluka. Namun, ia tidak mengenalinya. "Mahasuci Allah! tidak ada Tuhan selain Dia. Dulu aku pernah dikenal. Kini aku tidak dikenal lagi. Ini aku, Tuhfah," katanya.
Maya Allah! Begitu diberitahu bahwa mantan majikannya juga sedang berhaji, gadis itu berdoa sebentar, lalu roboh disamping Ka'bah dan wafat. Tak lama setelah itu, mantan majikannya yang sedih melihat Tuhfah telah tiada terjatuh di samping Tuhfah, lalu meninggal pula. Tentu, takdir di depan rumah Allah ini seizin-Nya jua.