Jumat, 21 Juni 2013

Ini Dia Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya dan Orang Biasa


Setelah 3 dekade mewawancarai orang-orang terkaya di dunia, Steve Siebold, penulis buku berjudul 'How Rich People Think' (bagaimana cara berpikir orang kaya) berkesimpulan, ada perbedaan pola pikir dan cara pandang yang jelas soal uang, antara orang biasa atau masyarakat kelas menengah dengan orang-orang terkaya dunia.
"Orang-orang terkaya dunia melihat uang sebagai kemerdekaan dan kesempatan, bukan sebagai akar dari kekacauan. Kita sering berpikir bahwa uang adalah akar dari kekacauan atau malapetaka. Lalu kenapa kita berusaha untuk mendapatkan uang kalau hanya akar dari malapetaka?" kata Siebold.

Dalam bukunya, Sibold mengungkapkan 100 perbedaan cara berpikir antara orang biasa dengan kalangan miliuner di dunia. Berikut 5 perbedaan cara pikir orang biasa dan orang terkaya yang dikutip dari dailyfinance.com, Senin
1.       Orang Biasa Berpikir Soal Menabung, Orang Kaya Berpikir Meningkatkan Pendapatan
"Orang biasa berpikir menabung agar uangnya melimpah, tapi terus merasa kekurangan uang," ujar Siebold. Jika anda mempunyai pendapatan Rp 200 juta per tahun dan menabung 10% dari pendapatan anda. Maka anda akan mendapatkan 20 juta di akhir tahun. Ini bukanlah cara untuk memperkaya diri, dan anda tidak akan kaya dengan cara ini.
Siebold mengatakan, orang-orang terkaya di dunia menabung juga, tapi pikiran mereka yang utama adalah untuk meningkatkan pendapatan, sehingga jumlah uang yang bisa anda tabung lebih banyak.

2.       Orang Biasa Menganggap Berwirausaha Sebagai Risiko, Orang Kaya Berwirausaha Untuk Jadi Kaya
"Sebagian besar orang berpikir soal uang dengan cara yang biasa, misalkan, bila saya bisa mendapatkan sekian rupiah per jam, maka saya akan mendapatkan lebih banyak lagi dengan bekerja lebih lama," ujar Siebold. Bahkan ada orang yang berpikir, jika ingin kaya harus mendapatkan gelar MBA. Para orang-orang terkaya di dunia justru berpikir, cara menjadi kaya adalah dengan memberi jalan keluar bagi orang banyak dengan memberikan ide. Dari ide-ide tersebut maka dia akan memperoleh uang.
Namun banyak orang berpikir, daripada menjadi gila karena memikirkan ide-ide segar dan belum tentu mendapatkan uang, maka mereka memilih menjadi pegawai dan menganggap berwirausaha adalah risiko.

3.       Orang Biasa Melihat Uang Secara Emosional, Orang Kaya Melihat Uang dengan Logika
Ada perbedaan mendasar dari cara pandang orang biasa dan orang terkaya dunia melihat uang. Sieblod mengatakan, orang biasa dan bahkan yang berpendidikan sekalipun, sangat perhitungan menggunakan uangnya.
Namun orang-orang terkaya tidak khawatir kehilangan uangnya, karena mereka menggunakan uangnya untuk memperbesar pendapatannya di kemudian hari. Seperti untuk berinvestasi tanpa memikirkan risikonya

4.       Beda Cara Mencapai Target Antara Orang Biasa dengan Orang Kaya
Siebold mengatakan, orang-orang biasa dan kelas menengah tidak memiliki keinginan kuat untuk mencapai targetnya. Tapi orang-orang terkaya dunia sangat fokus dengan uang dan bisnis mereka. Bagi para orang-orang terkaya dunia, target harus dicapai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan, bagi mereka taruhannya capai target atau mati!
Karena itulah, orang-orang kaya ini bisa memperoleh impian dan targetnya dengan cepat dan uangnya terus bertambah.

5.       Orang Kaya Tidak Dikendalikan Oleh Keinginan

Donald Trump dan Richard Branson yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia sering berkeliling dunia dengan jet pribadinya. Sementara orang-orang biasa berpergian dengan mobil dan tinggal di rumah sederhananya.
"Orang-orang kaya ini terus bertambah kekayaannya tiap hari. Saya melihat Naomi Judd (salah satu artis kaya) di TV, dan dia mengatakan alasannya dia bisa kaya adalah karena dia tidak pernah menghamburkan uangnya. Dia tidak mempunyai desainer pribadi dan perhiasan mahal. Inilah tipikal orang-orang kaya di dunia. Mereka tidak mewah," kata Siebold.
Pernyataan-pernyataan seperti ini telah didapatkan Siebold dari sejumlah orang-orang terkaya yang dia wawancarai.
"Jika anda kaya, maka anda bebas dan tidak diperbudaki oleh orang lain. Kemerdekaan ekonomi adalah salah satu faktor utama kesuksesan. Ini mengantar orang untuk memupuk kekayaannya," jelas Sie

Pergaulan akan mempengaruhi kehidupan anda


Ada yang tahu Mark Victor Hansen? Mungkin hanya beberapa di antara kamu mengingat nama tersebut. OK, sekarang pertanyaannya saya ubah sedikit. Ada yang tahu buku seri "Chicken Soup for the Soul"?
Rasanya, buku ini sudah banyak yang membaca atau setidaknya mendengarnya.
Ya, Mark Victor Hansen adalah penulis buku seri yang terkenal sedunia tersebut. Kali ini kita akan belajar sesuatu hal dari Hansen dan sahabatnya, Anthony Robbins. Dua sahabat ini sama-sama menjadi motivator bagi orang banyak.
Suatu saat ketika penghasilan Hansen mencapai US $ 1 Juta, ia bertanya pada Robbins, "Penghasilan Anda demikian besar, bagaimana saya bisa mencapainya juga?"
Saat ditanya, Robbins malah balik bertanya, "Siapa kelompok pemikir utama Anda?" "Kelompok jutawan," jawab Hansen.
"Itulah kekeliruan Anda. Anda harus bergaul dengan kelompok miliarder, pasti mereka akan membuat Anda berpikir pada tingkatan mereka," jawab Robbins.
Setelah Hansen mendapat jawaban tersebut, tak lama ia pun berhasil memperoleh penghasilan hingga US $ 1 Milyar.
Bagaimana kita belajar dari kisah Hansen dan Robbins? Pergaulan yang kita pilih, pertemanan atau komunitas tertentu akan mendatangkan pengaruh bagi kita di masa depan, baik atau buruk. Hal ini diteguhkan juga oleh penelitian yang dilakukan Dr. David dari Universitas Havard, yang menyimpulkan seorang teman atau komunitas akan berpengaruh terhadap kesuksesan setelah 25 tahun.
Pada dasarnya manusia memang senang beradaptasi atau mengikuti pola hidup lingkungannya. Artinya, bila kita bekerja di antara orang-orang yang rajin, berdisiplin tinggi, selalu menjaga mutu dan kualitas, jujur, maka cepat atau lambat kita akan meniru gaya hidup mereka. Namun sebaliknya, bila kita bekerja di lingkungan yang orang-orangnya cenderung malas, telat, tidak disiplin, suka membolos, curang, maka pelan tapi pasti kita akan melakukan hal yang sama.
Senada dengan kesimpulan Dr. David, juga menjadi salah satu poin penting dalam buku "The Secret" (Rhonda Byrne) atau bahkan nasihat Mario Teguh, sang motivator terkenal di negeri ini.
Untuk mencapai apa yang kita cita-citakan, maka akan lebih mudah tercapai bila kita sering berinteraksi dengan orang-orang yang sejalan dengan tujuan kita. Kalau kamu ingin menjadi pemain musik yang handal, tentu akan lebih cepat tercapai bila kamu bergaul dengan musisi, apalagi dari para senior, bukan?
Tentu saja, Hansen, Robbins, Rhonda, atau Mario Teguh sekali pun tidak berarti hanya memilih orang dari kelas tertentu sebagai teman pergaulan. Berteman dan mengenal orang dari berbagai kalangan pasti berguna untuk memperluas pergaulan. Semakin banyak teman maka semakin mudah hidup kita karena bisa saling tolong-menolong.
Namun memiliki batas agar tak terlalu larut dalam pergaulan yang tak sesuai dengan tujuan kita tentu bisa menjaga langkah kita tetap pada jalur. Jadi, bila kita ingin berhasil, tempatkanlah diri kita pada jalur yang benar. Tetapkanlah diri kita untuk selalu bergaul dengan pribadi-pribadi yang dapat memberi pengaruh positif, dan masa depan yang cemerlang pun tersedia bagi kita.

TUJUH MALAIKAT PENJAGA LANGIT


Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu, Ibn Mubarak mengatakan bahwa Khalid bin Ma’dan berkata kepada sahabat Mu’adz bin Jabal RA, “Ceritakanlah satu hadits yang kau dengar dari Rasulullah SAW, yang kau menghafalnya dan setiap hari kau mengingatnya lantaran saking keras, halus, dan dalamnya makna hadits tersebut. Hadits manakah yang menurut pendapatmu paling penting?”
Mu’adz menjawab, “Baiklah, akan kuceritakan.” Sesaat kemudian, ia pun menangis hingga lama sekali, lalu ia bertutur,
“Hmm, sungguh kangennya hati ini kepada Rasulullah SAW, ingin rasanya segera bersua dengan beliau..”
Ia melanjutkan, “Suatu saat aku menghadap Rasulullah SAW. Ia menunggangi seekor unta dan menyuruhku naik di belakangnya, maka berangkatlah kami dengan unta tersebut. Kemudian dia menengadahkan wajahnya ke langit, dan berdoa, “Puji syukur kehadirat Allah, Yang Maha berkehendak kepada makhluq-Nya menurut kehendak-Nya.” Kemudian beliau SAW berkata, “Sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu yang apabila engkau hafalkan, akan berguna bagimu, tapi kalau engkau sepelekan, engkau tidak akan memiliki hujjah kelak di hadapan Allah SWT.”
“Hai, Mu’adz! Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu, dan tiap-tiap pintu langit itu dijaga oleh malaikat penjaga pintu sesuai harga pintu dan keagungannya. Maka, Malaikat hafazhah (malaikat yang memelihara dan mencatat amal seseorang) naik ke langit dengan membawa amal seseorang yang cahayanya bersinar-sinar bagaikan cahaya matahari. Ia, yang menganggap amal orang tersebut banyak, memuji amal-amal orang itu. Tapi, sampai di pintu langit pertama, berkata malaikat penjaga pintu langit itu kepada malaikat hafazhah, “Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga tukang pengumpat, aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk tukang mengumpat orang lain. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya.”
Keesokan harinya, ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal shalih seorang lainnya yang cahayanya berkilauan. Ia juga memujinya lantaran begitu banyaknya amal tersebut. Namun malaikat di langit kedua mengatakan, “Berhentilah, dan tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya, sebab dengan amalnya itu dia mengharap keduniaan. Allah memerintahkanku untuk menahan amal seperti ini, jangan sampai lewat hingga hari berikutnya.” Maka seluruh malaikat pun melaknat orang tersebut sampai sore hari.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal hamba Allah yang sangat memuaskan, dipenuhi amal sedekah, puasa, dan bermacam-macam kebaikan yang oleh malaikat hafazhah dianggap demikian banyak dan terpuji. Namun saat sampai di langit ketiga berkata malaikat penjaga pintu langit yang ketiga, “Tamparkanlan amal ini ke wajah pemiliknya, aku malaikat penjaga orang yang sombong. Allah memerintahkanku untuk tidak menerima orang sombong masuk. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya. Salahnya sendiri ia menyombongkan dirinya di tengah-tengah orang lain. Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit keempat, membawa amal seseorang yang bersinar bagaikan bintang yang paling besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, naik haji, dan umrah. Tapi, ketika sampai di langit keempat, malaikat penjaga pintu langit keempat mengatakan kepada malaikat hafazhah, “Berhentilah, jangan dilanjutkan. Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga orang-orang yang suka ujub (membanggakan diri). Aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk amal tukang ujub. Jangan sampai amal itu melewatiku untuk mencapai langit yang berikutnya, sebab ia kalau beramal selalu ujub.
Kemudian naik lagi malaikat hafazhah ke langit kelima, membawa amal hamba yang diarak bagaikan pengantin wanita digiring kepada suaminya, amal yang begitu bagus, seperti amal jihad, ibadah haji, ibadah umrah. Cahaya amal itu bagaikan matahari. Namun, begitu sampai di langit kelima, berkata malaikat penjaga pintu langit kelima, “Aku ini penjaga sifat hasud (dengki, iri hati). Pemilik amal ini, yang amalnya sedemikian bagus, suka hasud kepada orang lain atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh ia benci kepada apa yang diridhai Allah SWT. Saya diperintahkan agar tidak membiarkan amal orang seperti ini untuk melewati pintuku menuju pintu selanjutnya.. “
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik dengan membawa amal lain berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah. Tapi saat ia sampai di langit keenam, malaikat penjaga pintu ini mengatakan, “Aku ini malaikat penjaga rahmat. Amal yang seolah-olah bagus ini, tamparkanlah ke wajah pemiliknya. Salah sendiri ia tidak pernah mengasihi orang. Bila ada orang lain yang mendapat musibah, ia merasa senang. Aku diperintahkan agar amal seperti ini tidak melewatiku hingga dapat sampai pada pintu berikutnya.”
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik ke langit ketujuh dengan membawa amal seorang hamba berupa bermacam-macam sedekah, puasa, shalat, jihad, dan kewara’a. Suaranya pun bergemuruh bagaikan geledek. Cahayanya bagaikan malaikat. Namun tatkala sampai di langit yang ketujuh, malaikat penjaga langit ketujuh mengatakan, “Aku ini penjaga sum’at (ingin terkenal / Riya). Sesungguhnya orang ini ingin dikenal dalam kelompok, kelompok, selalu ingin terlihat lebih unggul disaat berkumpul, dan ingin mendapatkan pengaruh dari para pemimpin.. Allah memerintahkanku agar amalnya itu tidak sampai melewatiku. Setiap amal yang tidak bersih karena Allah, itulah yang disebut Riya. Allah tak akan menerima amal orang-orang yang riya.”
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik membawa amal seorang hamba: shalat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak yang baik, pendiam, tidak banyak bicara, dzikir kepada Allah. Amalnya itu diiringi para malaikat hingga langit ketujuh, bahkan sampai menerobos memasuki hijab-hijab dan sampailah kehadirat Allah.
Para malaikat itu berdiri dihadapan Allah. Semua menyaksikan bahwa amal ini adalah amal yang shalih dan ikhlas karena Allah SWT.
Namun Allah berfirman, “Kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku. Sedangkan Akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku. yang dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak diikhlaskan demi Aku. Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan praktek itu. Aku laknat dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para malaikat hafazhah). Tapi Aku tak’kan tertipu olehnya. Aku ini yang paling tahu akan hal-hal yang ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar kepada-Ku setiap apapun yang samar. Tidak akan tersembunyi bagi-Ku setiap apapun yang tersembunyi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku akan apa yang akan terjadi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah lewat sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang akan datang. Pengetahuan-Ku kepada orang-orang terdahulu-Ku sebagaimana pengetahuan-Ku kepada orang-orang yang kemudian. Aku lebih tahu atas apapun yang tersamar dari rahasia. Bagaimana bisa amal hamba-Ku menipu-Ku. Dia bisa menipu makhluk-makhluk yang tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Laknat-Ku tetap kepadanya. Tujuh malaikat hafazhah yang ada pada saat itu dan 3000 malaikat lain yang mengiringinya menimpali, “Wahai Tuhan kami, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami kepadanya.” Maka, semua yang ada di langit pun mengatakan, “Tetapkanlah laknat Allah dan laknat mereka yang melaknat kepadanya.” tahanlah mulutmu, Mu’adz pun kemudian menangis terisak-isak dan berkata,
“Ya Rasulullah, bagaimana bisa aku selamat dari apa yang baru engkau ceritakan itu?”
Rasulullah SAW menjawab, “Wahai Mu’adz, ikutilah nabimu dalam hal keyakinan.!”
Mu’adz berkata lagi, ‘Wahai Tuan, engkau adalah Rasulullah. Sedangkan aku ini hanyalah si Mu’adz bin Jabal, bagaimana aku dapat selamat dan terlepas dari bahaya tersebut?”
Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya dalam amalmu ada kelengahan, tahanlah mulutmu, jangan sampai menjelek-jelekkan orang lain, dan juga saudara-saudaramu sesama ulama. Apabila engkau hendak menjelek-jelekkan orang lain, ingatlah pada dirimu sendiri. Sebagaimana engkau tahu dirimu pun penuh dengan aib. Jangan membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekkan orang lain. Jangan mengangkat dirimu sendiri dengan menekan orang lain. Jangan Riya dengan amalmu agar diketahui orang lain. Janganlah termasuk golongan orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur kepada orang lain, nanti akan kadaluarsa bagimu kebaikan dunia dan akhirat. Jangan berkata kasar dalam suatu majelis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan akhlaqmu itu. Jangan mengungkit-ungkit ketika berbuat kebaikan. Jangan merobek-robek (pribadi) orang lain dengan mulutmu, kelak kamu akan dirobek-robek oleh anjing-anjing neraka jahannam, sebagaimana firman Allah, “Wannaasyithaati nasythaa.” (Di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia, yang mengoyak-ngoyak daging dari tulangnya.)
Aku (Mu’adz) berkata: “Ya Rasulullah, siapa yang akan kuat menanggung penderitaan semacam ini?” Jawab Rasulullah SAW, Wahai Mu’adz, yang kuceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT. Cukup untuk mendapatkan semua itu, engkau menyayangi orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri, dan membenci sesuatu terjadi kepada orang lain apa-apa yang engkau benci bila sesuatu itu terjadi kepadamu. Bila seperti itu, engkau akan selamat, terhindar dari penderitaan itu.”
Khalid bin Ma’dan (yang meriwayatkan hadits itu dari Mu’adz RA) mengatakan, “Mu’adz sering membaca hadits ini sebagaimana seringnya ia membaca Al-Qur’an, mempelajari hadits ini sebagaimana ia mempelajari Al-Qur’an dalam majelisnya.”
Seseorang siapapun itu tidak akan bisa mengendalikan dirinya atas hatinya, atas jasmaninya, atas ruhnya, karen arrukhu min amri robbi, ruh itu urusannya Allah, hati itu urusannya Allah, ruh itu urusannya Allah, dalam diri manusia itu ada tuju latifah, sebagaimana ada pintu tuju langit, latifah itu adalah latifah qolbi, latifah sir, latifah khofi, latifah akhfa, latifah ruh, latifah nafsi, dan latfah kullu badan.
Kalau manusia itu membersihkan latifah dalam tubuhnya, maka sama saja dia membersihkan diri dari 7 kekotoran yang menjadi sebab tertolaknya amal sampai menembusi 7 langit, dengan sendirinya kalau tujuh latifahnya bersih dari sifat tercela maka sama saja dia telah membuka 7 pintu langit, ini sebenarnya teori sangat sederhana, tapi mungkin jarang orang yang berfikir ke sana.
Jika 7 latifah kita terbuka bersih dari batu dan kekotoran yang menutup sumur fadzilah, maka air fadzilah dari allah akan memancar, memancar tanpa harus kita mengupayakan agar air keluar, sebagaimana sumur yang telah ketemu sumbernya yang ada 7, sumur itu akan menyumber terus tanpa kita mengupayakan agar airnya keluar, nah saat pembersihan dan penggalian 7 pintu latifah itu, dan saat pembersihan soal ruhani itu jelas bukan urusan kita, atau penyedot debu dari manapun, juga bukan urusan cleaning servis manapun, tak ada pembersih atau sabun apapun yang bisa membersihkan, tak bisa itu dilakukan manusia, kecuali oleh Allah yang bisa membolak balikkan hati, penguasa alam ruh, alam sir dan akhfa.
Maka tak ada solusi paling cerdas, melebihi solusi mendekatkan sang maha membersihkan yaitu Allah agar ruh kita qolbu kita dibersihkan, dan pendekatan itu dengan memperbanyak dzikir mengingatNya. sebab Allah itu beda dengan mahluq, Dia tak butuh disogok atau membutuhkan makanan enak, atau diberi parcel agar kita menjadi dekat, tapi Dia didekati dengan pendekatan kehambaan kita, maunya kita menghamba, mengingatnya… dalam tidur, duduk, berdiri, menunjukkan kecintaan kita..

Senin, 25 Maret 2013

Tokoh Integritas dan Profesional

Name: Karna 

Nama Lain: Radheya, Basusena, Wresa, Sutaputra, Anggadipa, Suryaputra, Suryatmaja, Talidarma, Bismantaka 

Kasta: Ksatria 

Orang Tua: Dewa Surya dan Kunti 

Pasangan: Supriya 

Anak: Wrisasena, Sudaman, Shatrunjaya, Dwipata, Susena, Satyasea, Citrasena, Susarma dan Wrishaketu 

Kediaman: Kerajaan Angga 

Karna adalah salah satu karakter penting dalam kisah epik, Mahabharata. 

Dia merupakan salah satu karakter pewayangan paling kompleks. Banyak sekali orang yang memperdebatkan karakternya sebagai tokoh antagonis atau protagonis. Kesaktiannya begitu luar biasa, bahkan dikagumi oleh Resi Bhisma dan Sri Kresna. 
Kisah hidupnya yang penuh intrik sangat menarik untuk disimak. Kisah berawal dari seorang gadis bernama Kunti yang ditugaskan oleh ayahnya untuk menjamu seorang resi bernama Durwasa. Sang resi meramalkan bahwa Kunti akan kesulitan mendapatkan anak suatu saat nanti. Karena kagum akan kebaikan dan ketulusan hati Kunti, Resi Durwasa memberikan sebuah mantra bernama Adityahredaya. 

Mantra tersebut berfungsi untuk memanggil dewa yang bersiap memberikan anak atau keturunan. Namun sang resi tidak menjelaskan secara detail tentang hal tersebut. 

Suatu pagi karena merasa penasaran, Kunti mencoba mantra tersebut sambil menatap matahari terbit. Tiba-tiba Dewa Matahari Surya datang dihadapannya. Karena merasa bingung dan ketakutan, Kunti mengatakan bahwa dia hanya ingin mencoba mantra tersebut. Namun sang dewa menjelaskan bahwa Adityahredaya bukanlah hal yang dapat dipermainkan seenaknya. Dewa Surya memberikan sebuah janin di rahim Kunti yang suatu saat nanti akan memiliki kesaktian yang tinggi. 

Ketika melahirkan bayi tersebut, Dewa Surya membantu dalam persalinannya. Bayi tersebut terlihat sedikit berbeda dengan bayi pada umumnya karena dia memakai baju perang dan anting-anting. Setelah mengembalikan keperawanan Kunti, Surya kembali ke kahyangan. 

Demi menjaga nama baik kerajaan, Kunti berniat membuang bayi yang diberi nama Karna tersebut. Dia meletakannya dalam sebuah keranjang dan dihanyutkan di Sungai Aswa hingga akhirnya ditemukan oleh kusir Raja Destrarasta yang bernama Adirata. Dia membawa pulang Karna ke rumahnya. Istrinya yang bernama Radha sangat bahagia dengan kedatangan bayi Karna. Dia memberikanya nama lain yaitu Wasusena. Karna juga dikenal dengan julukan Radheya yang berarti "putera Radha". 

Masa kecil Karna dipenuhi cinta dan kasih sayang dari kedua orang tua angkatnya. Dia bahkan mencintai kedua orang tua angkatnya tersebut melebihi apapun. Ketika beranjak dewasa, Karna tertarik dalam bidang militer. Dia pergi ke Hastinapura dan bertemu dengan Resi Drona yang juga melatih para Pandawa dan Kurawa. Karena mengetahui identitas Karna sebagai anak kusir, Drona menolak mengangkat Karna sebagai muridnya karena dia hanya melatih dari kasta Ksatria saja.

Karna kemudian meminta tolong Dewa Surya untuk melatihnya. Karna belajar cara menggunakan senjata dengan mengumpulkan semua informasi pada siang hari. Pada malam hari, dia berlatih sendiri. Sona, saudara Karna, mendapat kabar bahwa beberapa hari lalu Resi Drona melakukan tes memanah untuk muridnya. Arjuna adalah satu-satunya murid yang berhasil memanah burung tepat pada bagian mata. Setelah mendengar cerita dari Sona, Karna yakin bahwa dia bisa memanah kedua bola mata seekor burung dalam satu tembakan. Setiap malam, mereka berdua berlatih memanah dengan giat. Hingga akhrinya Karna meminta tolong Sona untuk meletakkan seekor burung di sebuah pohon yang tinggi. Dengan satu tembakan, Karna berhasil menusuk kedua mata burung tersebut.

Karna ingin mempelajari menggunakan senjata dewa dan dia mencari guru lain. Dia bertemu dengan Parasurama yang dahulunya adalah guru dari Drona dan Bhisma. Berbeda dengan Drona, Parasurama justru menolak mengangkat murid dari kasta Ksatria dan hanya mau menerima dari kasta Brahmana. 

Oleh karena itu, Karna menyamar menjadi kaum Brahmana. Karena mewarisi kekuatan ayahnya, Karna dapat menguasai setiap hal yang diajarkan Parasurama dalam waktu singkat. Karna lebih senang menggunakan senjata panah. Bahkan kemampuan memanahnya diakui Parasurama hampir setara dengannya. 
Suatu siang, Parasurama ingin beristirahat dibawah pohon. Dia meminta Karna untuk mau memangkunya hingga tertidur. Tiba-tiba seekor lebah besar datang dan menyengat paha Karna. Karena tidak mau mengganggu gurunya, dia menahan sengatan lebah tersebut hingga berdarah. Ketika Parasurama bangun, dia terkejut melihat paha Karna berdarah. Hal itu menyadarkannya bahwa kemampuan menahan sakit dimiliki oleh kaum Ksatria. Karena merasa tertipu, Parasurama mengutuk Karna bahwa suatu hari nanti ketika terjadi pertarungan hidup dan mati melawan seorang musuh, Karna akan lupa tentang segala hal yang pernah diajarkan. 
Karna menjelaskan semuanya dan identitasnya bahwa dia hanya anak seorang kusir. Parasurama merasa menyesal namun kutukannya tidak dapat dihilangkan. Karena Parasurama kagum dengan kesaktian Karna, akhirnya dia menganugerahi senjata suci bernama Bargawastra lengkap dengan busur panah bernama Wijaya. 
Karna juga mendapat kutukan lain. Suatu hari dia berlatih memanah di dekat padepokan Parasurama. Tanpa sengaja, panah yang dia lesatkan mengenai seekor sapi sampai mati. Ternyata sapi yang mati itu adalah milik seorang Brahmana miskin yang kehidupannya bergantung pada sapi tersebut. Karena merasa marah, Brahmana tersebut mengutuk Karna bahwa suatu saat nanti dia akan tewas dengan cara yang sama seperti sapinya. 

Resi Drona menyelenggarakan sebuah turnamen di Hastinapura. Dalam turnamen tersebut, Arjuna tampil sebagai murid yang paling menonjol, terutama dalam memanah. Karna yang melihat turnamen tersebut, muncul dan menantang Arjuna dengan memamerkan kesaktiannya. Kunti tiba-tiba pingsan menyadari bahwa pemuda tersebut adalah putranya yang dibuang. Dia mengenalinya dari anting dan pusaka yang dipakainya sejak bayi. 

Resi Krepa selaku pendeta istana meminta Karna untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu karena hanya para kaum sederajat saja yang boleh menantang para pangeran Kurukshetra. Oleh karena syarat tersebut, Karna pun tertunduk malu. 

Duryodana, putra tertua Kurawa, turun dan membela Karna agar dia dapat berduel dengan Arjuna. Dia menjelaskan kepada publik bahwa kesaktian dan kekuatan tidak harus dimiliki oleh kaum Ksatria saja. Namun peraturan tersebut sudah ditetapkan dari awal. Duryodana kemudian meminta ayahnya untuk mengangkat Karna menjadi raja di Angga. 

Drestarasta yang sangat sayang kepada putra tertuanya tersebut, tidak bisa menolaknya. Pada saat itu juga Karna dinobatkan sebagai raja Angga. Karna yang merasa terharu bertanya hal apa yang dapat dia berikan atas kemurahan hati Duryodana. Duryodana menjelaskan bahwa dia hanya menginginkan persahabatan. 

Persahabatan diantara Karna dan Duryodana sangat erat. Bahkan Karna membantu Duryodana untuk mendapatkan putri Citranggada. Karna rela melakukan apapun demi kehormatan sahabatnya tersebut. Bahkan Duryodana sudah menganggap Karna sebagai saudara sendiri. 

Setelah pindah ke istana Angga, Karna membuat sumpah bahwa siapapun yang datang meminta sesuatu kepadanya, terutama ketika dia sedang memuja Dewa Surya, maka mereka pasti tidak akan pulang dengan tangan hampa. 

Ada sebuah sayembara digelar di Kerajaan Pancala yang berhadiah putri Drupadi. Sayembara berupa lomba memanah boneka ikan dengan panah pusaka kerajaan. Namun dengan syarat peserta tidak boleh melihat target secara langsung, melainkan melihat pantulan dari sebuah baskom yang diisi minyak. Jangankan melesatkan anak panah, tidak ada seorang pesertapun yang mampu mengangkat busur panah pusaka kerajaan. Duryodana dan Karna datang ke sayembara. Duryodana maju namun gagal seketika karena dia tidak sanggup mengangkat busur tersebut. Melihat kegagalan sahabatnya, Karna ingin ikut serta. Dengan bangganya dia berhasil mengangkat busur pusaka dan bersiap membidik sasaran. 

Tiba-tiba Drupadi menghentikan sayembara karena takut apabila Karna berhasil memenangkan sayembara. Drupadi di depan umum menyatakan bahwa dia tidak sudi menikahi anak kusir. Karna yang merasa dipermalukan mengatakan bahwa Drupadi adalah wanita sombong yang nantinya akan menjadi perawan tua karena tidak ada seorangpun yang bisa memenangkan sayembara tersebut selain Karna. 

Sang raja merasa takut dengan ucapan Karna sehingga dia menggelar sayembara baru dengan peraturan tidak harus kaum Ksatria yang boleh mengikutinya. Saat itu Arjuna yang menyamar sebagai kaum Brahmana mengikuti sayembara dan memenangkannya. Beberapa lama sesudah Pandawa membangun Indraprastha, mereka ditantang judi dadu oleh Kurawa. Dengan licik, Kurawa berhasil mengalahkan para Pandawa bahkan kemerdekaan mereka dan Drupadi pun dirampas. 
Melihat hal itu, Karna mengejek Drupadi bahwa seorang wanita yang memiliki banyak suami tidak lebih dari seorang pelacur. Mendengar hal tersbeut, Arjuna bersumpah bahwa kelak dia akan membunuh Karna. 

Karna pernah mendapat kutkan lain saat berusaha menolong seorang anak. Saat itu Karna berkeliling Kerajaan Angga untuk melihat keadaan rakyatnya. Dia bertemu dengan seorang anak yang menangis karena minyak samin miliknya, tumpah. Karna turun dan bertanya kepada anak itu. Dia menjelaskan bahwa pasti akan dimarahi ibu tirinya karena kurang berhati-hati membawa minyak samin tersebut. Karna menjanjikan bahwa dia akan membelikan minyak samin baru. Namun anak itu menolak pemberian Karna. Karena merasa kasihan, Karna mengambil minyak yang tumpah dengan tangannya dan memerasnya sehingga minyak dapat tersaring. 
Tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang wanita. Karna membuka tangannya dan menyadari bahwa yang berteriak tadi adalah Dewi Bumi. Karena merasa disakiti, Dewi Bumi mengutuk bahwa suatu hari dalam pertempuran nanti, kereta Karna akan terperosok kedalam lumpur. 

Demi membantu Duryodana menguasai dunia, Karna membawa sejumlah pasukan dan berkeliling untuk mencari aliansi dengan kerajaan lain. Apabila ditolak, maka kerajaan tersebut akan berperang melawannya. Dalam beberapa lama, Hastinapura berhasil menjalin aliansi dengan banyak kerajaan berkat Karna. 

Dewa Indra selaku ayah Arjuna, mengetahui bahwa armor dan anting yang dipakai Karna membuatnya kebal senjata. Suatu hari, dia menyamar sebagai resi tua dan mendatangi Karna untuk meminta baju perang dan anting pusaka Karna. Walaupun sebelumnya Karna sudah diingatkan oleh Dewa Surya mengenai rencana Dewa Indra, namun Karna sudah pernah mengucapkan sumpah bahwa dia akan menolong siapapun yang meminta bantuan kepadanya. 

Karna melepaskan anting suci dan mengiris armor emas yang sudah melekat di tubuhnya sejak bayi, kemudian memberikannya kepada sang resi tua. 

Kagum dengan ketulusan hati Karna, Indra menampakkan wujudnya dan memberikan sebuah pusaka dewa bernama Vasavi Shakti atau Konta. Konta adalah tombak petir berkekuatan tinggi dan hanya bisa dipakai satu kali. (NOTES: mirip dengan konsep petir dewa Zeus dari mitologi Yunani) 

Setelah negosiasi pedamaian antara Pandawa dan Kurawa gagal, Sri Kresna datang menemui Karna. Dia menjelaskan identitas Karna yang sesungguhnya. Kresna menawarkan apabila Karna bersedia bergabung dengan Pandawa, dia yakin bahwa adiknya akan menyerahkan takhta kerajaan kepada Karna. Namun Karna menolak mengingat kebaikan sahabat baiknya, Duryodana. Dia bersikeras untuk menjadikan Duryodana sebagai penguasa. 

Hari peperangan semakin dekat. Kunti akhirnya menemui Karna dan menjelaskan semuanya secara langsung. Pertemuan yang mengharukan ini terjadi dengan tangis yang pilu. Kunti meminta Karna untuk memanggilnya "ibu" dan mengajaknya bergabung dengan Pandawa. Namun Karna menolaknya. Seandainya sebelum pada saat turnamen Kunti mengatakan semuanya, mungkin hasilnya tidak seperti ini. Karna sudah terlanjur berjanji kepada sahabat baiknya. Demi menghormati Kunti, Karna berjanji bahwa dia tidak akan membunuh Pandawa kecuali Arjuna. 

Sebelum perang dimulai, Duryodana meminta Bhisma agar Karna mendampinginya dalam perang. Namun Bhisma menolak Karna dengan alasan kesombongan yang dimiliki Karna. Sebenarnya Bhisma melakukan hal ini karena tahu hal yang sebenarnya. Bhisma tidak ingin Karna berperang melawan adik-adik kandungnya sendiri. Bagaimanapun juga akhirnya Karna menggantikan Bhisma pada hari ke-11 setelah kekalahan Bhisma. 

Pada hari ke-13, Kurawa berhasil membongkar strategi Pandawa yang mengakibatkan kematian Abimanyu, putra Arjuna. Dalam hal ini, Karna dan Duryodana berperan banyak dalam pembunuhan Abimanyu. 

Pada hari ke-14, pertempuran berlanjut hingga malam hari. Gatotkaca yang sejatinya setengah raksasa, putra dari Bima, berhasil membantai banyak pasukan Kurawa. Karena pada malam hari, bangsa raksasa cenderung memiliki kekuatan lebih tinggi. Duryodana dan Karna menghampiri Gatotkaca dan bertarung. Resi Drona dan Duryodana terluka parah akibat serangan Gatotkaca. Dia memohon kepada Karna untuk menggunakan pusaka Konta miliknya. 

Awalnya Karna berniat menggunakan Konta untuk membunuh Arjuna, namun karena keadaan semakin memburuk, akhirnya dia memenuhi keinginan sahabatnya. Gatotkaca dan Karna bertarung sengit yang membuat para prajurit tercengang. Akhirnya Karna mengeluarkan Konta dan melemparkannya ke arah Gatotkaca yang menewaskannya dengan seketika. 

Pada hari ke-16, Karna berhasil mengalahkan Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa, tapi tidak membunuh mereka. Karna meminta Salya (kusir kuda) untuk membawanya ke arah Arjuna. Karna menembakkan panah saktinya ke arah Arjuna, namun berhasil diselamatkan oleh Sri Kresna. Arjuna membalasnya dengan melesatkan semua anak panah yang dia miliki, namun berhasil dihalau. Karna menembakkan lebih banyak anak panah sehingga membuat Arjuna kewalahan. Tiba dipenghujung hari, Karna mengampuni nyawa Arjuna karena mereka menghormati kode etik peperangan. 

Pada hari ke-17, duel antara Karna dan Arjuna berlanjut. Mereka sama-sama menggunakan panah terbaiknya dalam bertarung. Karna sempat beberapa kali memutuskan tali busur panah Arjuna, namun selalu saja Arjuna dapat memperbaikinya dengan cepat. Tiba-tiba, roda kereta yang dipakai Karna terperosok kedalam lumpur. Karna turun dan berusaha mengangkat keretanya. Dia lupa bahwa sebenarnya masih memiliki senjata pusaka mematikan. Karna meminta Arjuna untuk menunggunya sebentar. 

Namun Kresna menghasut Arjuna untuk melupakan kode etik dan membunuh Karna. Akhirnya dengan serbuan anak panah Arjuna, Karna terluka parah dan tewas.